Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Kasus Ibu Lecehkan Anak Baju Biru di Tangsel, Ahli: Dalang di Balik Tersangka Harus Diungkap

Kasus Ibu Lecehkan Anak Baju Biru di Tangsel, Ahli: Dalang di Balik Tersangka Harus Diungkap

Kasus Ibu Lecehkan Anak Baju Biru di Tangsel, Ahli: Dalang di Balik Tersangka Harus Diungkap

Seorang ibu muda berinisial R (22) ditangkap oleh penegak hukum atas tuduhan kekerasan seksual terhadap anak laki-lakinya sendiri yang belum dewasa. Setelah video viral di media sosial, R menyerahkan diri pada Minggu (2/6/2024), menurut Kompas.com. Menurut Ade Safri Simanjuntak, Direktur Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, R tega melakukan hal tersebut karena alasan keuangan. "Tersangka juga dijanjikan akan dikirim uang sejumlah Rp 15 juta," kata Ade Safri. R juga diiming-imingi pekerjaan dan uang oleh pemilik akun Facebook bernama Icha Shakila yang baru dikenalnya, yang memintanya mengirimkan foto tanpa busana.

Pemilik akun Facebook Icha Shakila, yang diminta untuk mengirimkan video yang diminta, tidak dapat dihubungi dan uang sebesar Rp 15 juta yang dijanjikan belum dikirim. Video tersebut diambil pada hari Selasa, 18 Juli 2023, di kontrakan R di Pondok Aren, Tangerang Selatan.

Tyas Retno Wulan, dosen Gender di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jenderal Soedirman, memberikan pendapatnya tentang masalah ini. Menurutnya, kekerasan gender berbasis online (KBGO) termasuk kasus ibu yang melecehkan anak baju biru yang ramai dibicarakan di media sosial. Tyas mengatakan bahwa KBGO memiliki risiko yang sangat besar, tetapi pelaku diduga tidak tahu tentang risiko dan bahaya KBGO. Selain itu, sebagai ibu, seharusnya tidak tega melakukan hal tersebut. Akhirnya, pelaku terpaksa melakukan hal itu karena faktor ekonomi.

Tyas mengatakan kepada Kompas.com pada Selasa (4/6/2024), "Kita cukup tidak hanya miris saja. Tapi di sini ada persoalan ekonomi dan ada persoalan tentang minimnya literasi tentang KBGO." Tyas menemukan bahwa kasus kekerasan seksual ibu terhadap anak kandung ini relatif baru. Kekerasan seksual biasanya dilakukan pada anak lain di luar keluarga atau dari keluarga terdekat tetapi tidak pada anak kandung.

Tyas, seorang ahli yang mendorong penyelesaian kasus yang menyeluruh, mengatakan bahwa tersangka R tidak boleh dihakimi dengan cara yang tidak sesuai dengan konteks.

Untuk menyelesaikan kasus secara menyeluruh, pihak yang berwajib harus menyelidiki motivasi tersangka melakukan KBGO. Selain itu, tersangka dan korban sama-sama melakukan tindakan tersebut karena dorongan atau paksaan ekonomi. Tyas berkomentar, "Menurut saya, yang lebih berbahaya adalah orang yang menyuruh tersangka untuk melakukan hal tersebut. Itu karena jaringan pornografi anak-anak biasanya menyasar individu tertentu daripada bermain sendirian." Hal ini terbukti dari tindakan pelaku yang melakukan grooming terhadap tersangka R, meminta dia membuka baju, dan memaksanya dikirim.

Tyas berharap kasus tersebut akan ditangani secara lebih luas dan tidak terbatas pada penunjukan R sebagai tersangka. Dia berkata, "Justru polisi dapat mengusut tuntas dalang di balik ibu R ini. Di situlah peran kepolisian untuk mengusut tuntas kasus tersebut meskipun menggunakan akun anonim." Ia berharap forensik digital akan membantu polisi menemukan pelaku sebenarnya dalam kasus KBGO.

Tyas menjelaskan bahwa anak-anak yang rentan menjadi korban kekerasan seksual adalah kelompok yang paling rentan di Indonesia karena mereka mudah dieksploitasi dan diancam. Selain itu, anak-anak mudah ditipu karena mereka terlalu muda untuk memahami kekerasan seksual. Manipulasi biasanya dilakukan dengan memberi anak permen atau uang kecil. Selain itu, dia menyatakan bahwa anak-anak dianggap mudah lupa dan tidak dapat melaporkan kekerasan seksual. Orang tua juga terkadang tidak mengajar anak-anak mereka dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan tentang kekerasan seksual dapat mencakup penjelasan tentang area tubuh yang tidak boleh disentuh atau dilihat oleh orang lain.

Keluarga dan sekolah dapat membantu mencegah kekerasan seksual. Tyas juga mengatakan bahwa masyarakat harus lebih peduli dan empati ketika ada korban, memberikan dukungan daripada melindungi. "Masyarakat harus mengubah perspektifnya, atau pola pikirnya, karena KBGO sekarang lebih banyak daripada kekerasan seksual secara konvensional. Menurutnya, jangan sampai nanti anak-anak justru dilecehkan karena menerima KBGO. Tersangka harus diungkap."

Toko Furniture
Toko Furniture Seseorang yang menyukai dunia maya dengan cara menulis sebagian Informasi seputar teknologi dan lain lain